Sifat Kimia dan Fisika protoplasma

Selasa, 16 Desember 2014
Sifat Kimia dan Fisika protoplasma
Sel adalah satuan fundamental dari strukutur dan fungsi dalam segala bentuk kehidupan. Sel merupukan segumpal dari protoplasma, sedangkan protoplasma adalah bagian hidup dari sel. Maka dapat disimpulkan bahwa sel merupakan protoplasma itu sendiri.
Sifat biologi sel (protoplasma) yaitu berstruktur atau berorganisasi dan beraktivitas atau berkegiatan. Maksud dari berstruktur atau berorganisasi, yaitu sel memiliki dimensi (berdimensi), sel memiliki susunan tertentu (berpenyususn), dan sel memiliki bentuk (berbentuk). Sedangkan maksud dari berkegiatan atau beraktivitas yaitu didalam tubuh sel terjadi reaksi kimia (metabolisme: anabolisme dan katabolisme), tumbuh (pertambahan dan perkembangan yang terjadi didalam tubuh sel), reproduksi, dan peka terhadap perubahan lingkungan. Sel (protoplasma) juga memiliki 2 sifat lain, yaitu sifat kimia dan sifat fisika.
1.      Sifat kimia protoplasma yaitu :
Memiliki susunan kimia, protoplasma tersusun oleh senyawa-senyawa kimia, senyawa kimia tersebut berupa :
a.       Senyawa anorganik. Senyawa anorganik terdiri dari :
·         Air,
·         Garam-garam mineral,
·         Senyawa organik yang berbentuk gas, gas yang terdapat pada protoplasma berbentuk larutan. Misalnya gas oksigen (O2), Nitrogen (N2), dan gas-gas arang (CO2).
·         Asam dan basa, asam dan basa anorganik yang terdapat pada protoplasma. Misalnya asam klorida (HCl) dan basa kalium hidroksida (KOH).
b.      Senyawa organik. Senyawa organik protoplasma terdiri dari :
·         Karbohidrat. Karbohidrat dibagi dalam kelompok besar, yaitu : monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
·         Lemak (lipid), macam-macam lipid yaitu lipid sederhana, lipid gabungan (misalnya: fosfolipid, spingolipid, dan glikolipid) , dan lipid turunan (misalnya: steroid)
·         Protein. Berdasarkan komposisi kimia yang dihasilkan pada proses hidrolisa, protein digolongkan sebagai berikut : protein sederhana (misal: albumin dan globulin), protein gabungan (misalnya: glikoprotein, nucleoprotein, kromoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, dan metalprotein).
·         Asam Nukleat. Ada dua macam asam nukleat yaitu Ribosa Nukleat (ARN) dan Asam Deoksiribosa Nukleat (ADN)
2.      Sifat fisika protoplasma, yaitu :
a.       Sifat tak tersaring. Ada beberapa teori mengenai sifat-sifat fisika protoplasma. Salah satu teori ialah teori koloid yang menyatakan bahwa protoplasma sebagian berupa larutan dan sebagian berupa koloid.. pada sistem kolid partikel-patikelnya cukup besar, akan tetapi molekul-molekulnya masih tetap melayang-layang diantara molekul air. Ukuran partikel pada sistem koloid antara 0,001 mikron-0,1 mikron. Partikel koloid dila disaring dengan kertas saring biasa partikelnya akan lewat akan tetapi partikel koloid tidak dapat melewati membran plasma. Koloid pada protoplasma dapat berupa fase sol dan fase gel.
b.      Efek Tyndall. Yaitu pergerakan molekul tak beraturan karena pengaruh cahaya. Bila protoplasma yang merupakan sistem koloid ini disinari dengan sinar lampu listrik pada suatu ruang yang gelap akan member efek Tyndall.
c.       Gerak Brown. Yaitu gerak acak, zig-zag, tak teratur karena molekul dalam koloid saling bertubrukan. Molekul-molekul (partikel) pada sistem koloid protoplasma bergerak secara zig-zag. Gerakan partikel ini diberi nama sesuai dengan orang yang menemukannya yaitu gerak Brown (1827). Gerak Brown pada protoplasma kecepatannya tergantung pada besarnya partikel dan suhu protoplasma.
d.      Viskositas. Yaitu kekentalan (viscosity) dapat dapat berubah-ubah karena faktor dalam dan luar. Matrik sitoplasma yang cair memiliki tegangan permukaan. Matrik protein dan lemak memiliki tegangan permukaan yang kurang karenanya membentuk membran plasma, sedangkan bahan-bahan kimia misalnya garam NaCl tegangan permukaannya tinggi akibatnya NaCl menempati bagian yang lebih dalam pada matrik sitoplasma.
e.       Koagulasi (kemampuan menggumpal). Partikel-partikel yang tersebar dalam protoplasma mempunyai muatan yang sama, akibat dari saling tolak yang berkelanjutan menyebabkan partikel-partikel tidak dapat mengendap dan keadaan ini memperhatikan stabilitas koloid. Jika ion atau partikel koloid dibuat berlawanan muatan listriknya, akibatnya akan bersifat netral, akibat selanjutnya partikel-partikel dalam sistem koloid akan menggumpal.
DAFTAR PUSTAKA

Winatasasmita, Djamhur. 1986. Biologi Sel. Jakarta : Depdikbud Universitas Terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar